September 3, 2025 3:06 pm
1

Konflik antara Palestina dan Israel makin hari makin memanas dikarenakan tiap harinnya selalu memakan korban jiwa. Inilah yang menyebabkan warga Indonesia memboikot produk-produk buatan Israel dan yang mendukung Israel. Boikot sendiri adalah tindakan menahan diri untuk tidak menggunakan, membeli, atau berbisnis dengan seseorang atau  organisasi sebagai bentuk protes atau paksaan.

Dengan adanya konflik antara Palestina dan Israel , boikot sendiri  diimplementasikan pada tindakan pembrontakan terhadap seseorang atau sekelompok yang dianggap melanggar HAM, ataupun perilaku yang menyengsarakan masyarakat.

Setelah itu Fatwa melakukan tindakan boikot terhadap  produk-produk yang diduga mendukung aksi Israel. Tak hanya Indonesia, melainkan hampir seluruh dunia mengimplementasikan aksi boikot. Boikot dilakukan oleh masyarakat di seluruh dunia untuk mendukung Palestina yang bisa berdampak langsung dalam jangka pendek . MUI mengeluarkan fatwa baru yang mendapat kecaman di seluruh dunia.

Namun bagaimana dengan nasib lapangan pekerjaan dan pendapatan di Indonesia..? Akankah Pemutusan Hubungan Kerja Melejit …?

“Ada kemungkinan penurunan penjualan ritel sebesar 50% sebagai akibat dari aksi boikot. 20 % produk yang dijual di ritel modern masuk  kedalam kategori produk fmcg , yang memberikan pendapatan sebesar 80%. Selebihnya 80 % merupakan produk di luar kategori fmcg, yang menyumbang pendapatan sebesar 20%”.ujar Roy Nicholas Mandey, Ketua Umum APRINDO

Ia khawatir bahwa memboikot produk-produk yang terkait dengan Israel atau diduga pro-Israel dapat mengakibatkan PHK besar-besaran di Indonesia. Dia mengatakan boikot dapat mengurangi produksi dan penjualan barang.

“Jika produsen dan pemasok bangkrut, bisa dibayangkan investasi pasti hilang . Kita sebenarnya tidak ingin melakukannya, tapi kita harus melakukannya jika tidak punya pilihan lain ,pengurangan tenaga kerja, atau PHK ” kata Roy dalam pada saat konferensi pers di Epicentrum Walk, Jakarta Selatan, Rabu (15/11.2023 ).

Namun, penting untuk dicatat bahwa dampak-dampak ini bersifat teoretis dan dalam praktiknya bergantung pada sejauh mana masyarakat, pemerintah, dan sektor bisnis mengambil tindakan yang tepat. Ada yang berpendapat bahwa boikot bisa menjadi tools yang efektif untuk mengutarakan opini politik dan membuktikan solidaritas, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa boikot cenderung lebih banyak merugikan daripada membawa manfaat. Keputusan untuk mengrealisasikan boikot harus dipertimbangkan lagi secara matang menyangkut konsekuensi lain yang akan timbul.

Penulis : Angelia Ruth Aritonang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *