
Medan- Kedutaan Besar Polandia di Jakarta menyelenggarakan workshop Tari Polonaise dengan narasumber Dr. Marzanna Poplawska (Dosen Universitas Warsawa) pada hari Sabtu (14/9) di Andaliman Hall Jl. Abdullah Lubis No 79/101, Medan.
Workshop dipandu oleh host Lydia Napitupulu, dibuka dengan penampilan tari kreasi oleh Sultan Saragih dan Ireva Sebayang yang memperlihatkan perpaduan Tari Simalungun Karo, merupakan penyatuan dari gerak Tor Tor Simalungun, Dihar Ndikar, dan Seluk Karo.
Peserta berjumlah kurang lebih 50 orang terdiri dari berbagai komunitas, seperti Urban Scetcher Medan, Dosen dan mahasiswa Unimed – USU, siswa pelajar sekolah dan warga kota Medan.
Tari Polonaise sendiri merupakan tari tradisi Polandia yang baru saja mendapat pengakuan dan penghargaan dari UNESCO bulan Desember 2023 lalu sebagai warisan dunia kategori Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) bidang pertunjukan.
Marzanna memberikan gambaran sejarah kelam Polandia yang mengalami keterpurukan, sengketa perang dan penjajahan pada akhir abad ke-18 sehingga dihapus dari peta Eropa, namun berhasil memperjuangkan kemerdekaan kembali sekaligus membangkitkan semangat dan kekuatan identitas bangsa melalui Tari Polonaise.
Setelah belajar dan mengenal tentang musik dan lagu yang memiliki ritme Polonaise, selanjutnya dilakukan praktik bersama dengan peserta, posisi wajah dilakukan dengan menengadah, ekspresi gerak yang anggun, lembut dan berwibawa melalui cara berpasangan pria dan wanita.
Barisan penari dipimpin oleh pasangan pertama yang lebih dihormati, mengambil dasar gerak melangkah berjalan seperti orang biasa, kemudian diberi ornamen dan pola lantai bervariasi sesuai kebutuhan koreografi, salah satu nya mengangkat tangan dengan berjalan lurus, melingkar dan membentuk lorong yang dapat dilewati oleh penari lain.
“Saya senang melihat antusias peserta yang datang, mereka suka, setelah mulai praktik, peserta yang ingin mencoba bertambah lagi. Polandia memiliki hubungan historis dengan Kota Medan, melalui seorang patriotik Polandia bernama Ludwik Michalski. Berkat persahabatannya dengan Sultan Deli, ia mendapatkan izin membuka perkebunan tembakau pada tahun 1872, yang kemudian ia beri nama Polonia, nama latin dari Polandia, untuk menghormati tanah air” tegas nya sambil memperlihatkan dan menyerahkan buku Polonia.
“Saya berterima kasih kepada Sultan Saragih dan Ireva Sebayang yang telah menawarkan diri untuk membuka workshop dengan Tari Simalungun Karo, ini sangat berarti, kita bisa saling belajar dan bisa saling melihat bagaimana kekayaan lintas budaya, suatu saat saya juga ingin belajar tari simalungun”
Budayawan Sultan Saragih menyatakan selain baru saja belajar tari Karo, ia kali ini mulai mengenal Tari Polonaise, saling belajar berbagai tari baik lokal maupun internasional seperti Polandia sangat memperkaya batin, menambah wawasan pengetahuan, mendapatkan banyak hal dan semangat baru, belajar mengenal dan mengungkap berbagai ekspresi sekaligus memperdalam karakter.
Harapan Marzanna, masyarakat kota Medan dapat mengenal Tari Polonaise Polandia, walau kali ini dimulai dari jumlah yang sedikit, program ke depan bisa ditambah lagi dengan skala yang lebih besar. “Saya harus mencari cara agar dapat datang lagi ke Indonesia dan tinggal lebih lama” ujar nya.
Peserta workshop sangat antusias, merasakan kegembiraan, semangat bersama dan rasa saling menghormati satu sama lain setelah belajar praktik gerak tari Polonaise. Workshop akan dilakukan berikutnya di kota lain, seperti Bandung, Yogyakarta dan Surakarta.
(MS)